SELAMAT DATANG DI WEBSITE BAHAN AJAR DIGITAL Dr.Yonas Muanley, M.Th.

Selasa, 30 September 2025

Ontologi Filsafat Pendidikan

D. Ontologi dan Keberadaan Manusia

Filsafat menolong kita untuk berpikir tentang kebenaran realitas dalam 3 dimensi filsafat, yaitu ontology, epistemology dan Aksiologi. Tidak ada ilmu yang tidak memiliki ontology, tanpa ontology tidak ada kebenaran pengetahuan, termasuk kebenaran pengetahuan Pendidikan. Prinsip ini menegaskan pentingnya pembahasan ontology dalam filsafat Pendidikan (Yonas Muanley, 2025)

1. Ontologi Manusia dalam Filsafat Pendidikan

Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas “ada” atau “eksistensi” sesuatu.
Dalam konteks pendidikan, ontologi manusia menelaah hakikat manusia sebagai makhluk yang utuh (jasmani, akal, jiwa, roh, sosial, moral, dan spiritual) yang menjadi subjek sekaligus objek dalam proses pendidikan.
Manusia bukan sekadar objek belajar, tetapi subjek yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tujuan hidup.

2. Manusia sebagai Subjek Pendidikan

Sebagai subjek pendidikan, manusia bukan hanya penerima pengetahuan, tetapi pelaku aktif yang memiliki kemampuan berpikir, merasa, memilih, dan bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya.

Ciri-ciri manusia sebagai subjek pendidikan:

1. Rasional – mampu berpikir, mengerti, dan membedakan yang benar dan salah.
2. Bermoral – memiliki kesadaran etis untuk menilai dan memilih yang baik.
3. Bersosial – memerlukan interaksi dengan orang lain untuk berkembang.
4. Berjiwa bebas dan kreatif – dapat mengubah dirinya dan lingkungannya.
5. Berpotensi untuk belajar sepanjang hidup (lifelong learner).
Implikasi bagi pendidikan:

• Pendidikan harus menghargai kebebasan, kepribadian, dan keunikan peserta didik.
• Peserta didik dipandang aktif dan partisipatif, bukan pasif menerima informasi.
• Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator yang menolong peserta didik mengembangkan potensi secara optimal.
3. Pandangan Kristen tentang Hakikat Manusia

Dalam iman Kristen, hakikat manusia dijelaskan berdasarkan Kitab Suci:
1. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (imago Dei)
“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” (Kejadian 1:26–27).
o Ini menandakan martabat luhur manusia: berakal budi, bermoral, berelasi, berkuasa mengelola ciptaan, dan dipanggil untuk menyembah Allah. 2. Manusia adalah makhluk utuh (holistic being):
o Tubuh (fisik, biologis)
o Jiwa/psikis (pikiran, perasaan, kehendak)
o Roh (dimensi spiritual untuk berelasi dengan Allah)
3. Manusia diciptakan untuk relasi: dengan Allah, sesama, diri sendiri, dan alam (Kej. 2:18; Mat. 22:37–39). 4. Martabat manusia berasal dari Allah – setiap manusia memiliki nilai yang tak ternilai, sehingga harus dihargai dan tidak boleh diperlakukan semena-mena.
4. Potensi, Dosa, dan Pembaharuan Manusia

a. Potensi Manusia

• Akal budi dan kebijaksanaan (Ams. 2:6)
• Hati nurani dan moralitas (Rom. 2:15)
• Kreativitas dan kemampuan bekerja (Kej. 2:15)
• Kemampuan rohani untuk mengenal Allah (Pkh. 3:11)
Potensi ini dimaksudkan untuk mengembangkan budaya, ilmu, dan kehidupan yang memuliakan Allah serta mensejahterakan ciptaan.

b. Dosa yang Merusak Hakikat Manusia
• Kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3:1–24; Rom. 3:23) mengakibatkan:

1. Kerusakan relasi dengan Allah – manusia terpisah dari Sang Pencipta.
2. Kecenderungan hati untuk jahat (Yer. 17:9).
3. Akal budi dan kehendak menjadi gelap (Ef. 4:18).
4. Penderitaan dan kematian jasmani maupun rohani.
Akibatnya, manusia tetap memiliki potensi, tetapi tercemar dan tidak lagi sempurna sesuai maksud Allah.
c. Pembaharuan Manusia dalam Kristus

• Allah menyediakan penebusan melalui Yesus Kristus (Yoh. 3:16; 2 Kor. 5:17).
• Dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (Yoh. 3:5–6) untuk hidup baru.
• Diperbaharui dalam pikiran dan hati (Rom. 12:2; Ef. 4:23–24).
• Dikembalikan menjadi serupa dengan Kristus, memulihkan imago Dei yang rusak (Kol. 3:10).

5. Pendidikan yang Memuliakan Citra Allah

Pendidikan Kristen bertujuan mengembangkan seluruh aspek manusia—akal, hati, keterampilan, dan iman—supaya peserta didik semakin serupa dengan Kristus dan memuliakan Allah.
Prinsip Pendidikan yang Memuliakan Citra Allah:
1. Mengakui setiap peserta didik berharga di hadapan Allah (Mzm. 139:13–14).
2. Menumbuhkan iman dan karakter Kristiani selain kecerdasan intelektual.
3. Memulihkan relasi manusia dengan Allah, sesama, dan alam melalui pendidikan nilai-nilai Alkitab.
4. Mengembangkan potensi kreatif dan tanggung jawab sebagai pengelola ciptaan (Kej. 1:28).
5. Pendidikan holistik: mengintegrasikan kognitif, afektif, psikomotorik, dan spiritual.
6. Berorientasi pada pengabdian dan pelayanan, bukan hanya kesuksesan duniawi.
Pendidikan yang memuliakan Citra Allah bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses pembentukan manusia baru dalam Kristus untuk hidup kudus, adil, dan berkasih.
Jadi, ontologi manusia dalam perspektif filsafat pendidikan Kristen memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang berpotensi luhur namun telah jatuh dalam dosa, dan perlu dibaharui oleh Kristus.
Pendidikan Kristen harus diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia secara holistik sambil memulihkan citra Allah dalam diri peserta didik. Hakikat pendidikan Kristen: mendidik manusia menjadi pribadi yang mengenal Allah, berkarakter Kristus, dan memuliakan Sang Pencipta melalui seluruh aspek kehidupannya.

Salam Digital
Dr. Yonas Muanley, M.Th.

Catatan: Website ini merupakan salah satu bentuk kecil dari Intrapreneurship yang ditulis Yonas Muanley. Buku Akan segera tebit.

Tags :

Posting Komentar